Seiring
pertumbuhan penduduk, bertambah pula permintaan barang kebutuhan sehari-hari
manusia, termasuk kebutuhan akan kertas. Pendidikan merupakan salah satu sektor
yang turut meningkatkan kebutuhan akan kertas (Madigan et al., 2003
dalam Anonim, 2015). Industri kertas merupakan salah satu jenis industri
terbesar di dunia dengan menghasilkan 178 juta ton pulp, 278 juta ton
kertas dan karton, serta menghabiskan 670 juta ton kayu. Pertumbuhannya dalam
dekade berikutnya diperkirakan antara 2% hingga 3.5% per tahun, sehingga
membutuhkan kenaikan kayu log yang dihasilkan dari lahan hutan seluas 1 sampai
2 juta hektar setiap tahun (Yuniarti, 2008).
Di Indonesia
industri kertas memberikan kontribusi yang sangat besar dalam ekspor non migas (Isyuniarto,
dkk., 2007). Industri kertas menghasilkan beberapa jenis limbah padat antara
lain sludge, biosludge, dan pith. Di antara limbah padat
tersebut, sludge merupakan limbah dengan volume terbesar. Semakin
meningkatnya kebutuhan kertas, semakin tinggi pula limbah sludge yang
dihasilkan. Karakteristik sludge industri kertas antara lain lembek,
strukturnya lunak seperti bubur, berwarna abu-abu keruh atau kehitaman, dan
berbau tidak sedap (Sibagariang, 2011).
Sludge
merupakan
limbah industri pulp dan kertas yang dihasilkan dalam kuantitas yang besar
setiap harinya. Sebagian besar sludge ditumpuk oleh perusahan, sehingga
menghasilkan masalah finansial, lingkungan dan kesehatan manusia (Sibagariang,
2011). Limbah padat biosludge
industri pulp dan kertas mempunyai karakteristik yang tergantung dari bahan
baku, sumber proses dan produk yang dihasilkan dari sumber tersebut. Umumnya
sumber limbah padat yang dihasilkan dari industri pulp atau kertas berasal dari
reject proses penyediaan stok, unit pemulihan serat dan hasil akhir
instalasi pengolahan limbah cair berupa sludge yang keluar dari belt
press. Komponen dari limbah padat terdiri dari serat pendek, serta bahan
pengisi, plastik, logam, wax dan pengotor lainnya (Sibagariang, 2011).
Kebutuhan
akan kertas yang tinggi membuat industri pulp dan kertas di Indonesia semakin berkembang.
Akan tetapi layaknya dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan, dampak
positif dari perkembangan industri juga diikuti oleh dampak negatif terhadap lingkungan
dan kesehatan manusia akibat dihasilkannya limbah. Limbah merupakan hasil
samping dari proses produksi yang tidak dapat digunakan dalam bentuk padat,
cair, gas, debu, getaran dan kerusakan lain yang dapat menimbulkan pencemaran
jika tidak dikelola dengan baik (Madigan et al., 2003 dalam Anonim, 2015).
Meningkatnya pertumbuhan industri berdampak pada meningkatnya
permasalahan lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran B3 (Bahan Berbahaya dan
Beracun). Beberapa kasus pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh B3 yang
dihasilkan industri telah menjadi topik hangat di media masa. Seperti
pencemaran teluk Buyat di Sulawesi Utara yang berdampak timbulnya penyakit
kulit yang menyerang penduduk sekitar (Prastyo, dkk., 2012).
Sumber
B3 padat di industri pulp
dan kertas berasal dari proses pengambilan kembali (recovery)
bahan kimia yang memerlukan stabilisasi sebelum ditimbun. Sumber limbah lainnya
ada pada permesinan kertas, pada pembuangan (blow down) boiler dan proses
pematangan kertas yang menghasilkan residu beracun. Setelah residu tersebut
diolah, dihasilkan konsentrat lumpur beracun. B3 bagi
lingkungan hidup sangat tidak baik untuk kesehatan masyarakat umum dan makhluk
hidup yang ada di lingkungan tersebut. B3 yang dihasilkan oleh
industri-industri sangat merugikan bagi lingkungan sekitar, jika tidak diolah
dengan baik, terutama B3 padat yang banyak ditemukan di sekitar lingkungan kita
(Prastyo, dkk., 2012).
Pada
umumnya pencemaran lingkungan yang disebabkan industri pulp dan kertas antara
lain: 1) membunuh ikan, kerang dan invertebrata akuatik lainnya, 2) masuknya
zat kimia karsinogen dan zat pengganggu aktivitas hormon ke dalam lingkungan,
3) menghabiskan jutaan liter air tawar, 4) menimbulkan risiko terpaparnya
masyarakat oleh buangan zat kimia berbahaya dari limbah industri yang mencemari
lingkungan (Isyuniarto, dkk., 2007).
Berdasarkan
uraian di atas, maka dalam makalah ini akan disajikan terkait industri pulp dan
kertas yang meliputi bahan baku, proses pengolahan, karakteristik dan jenis
limbah yang dihasilkan; dampak limbah padat industri pulp dan kertas terhadap lingkungan
dan kesehatan manusia; serta upaya untuk meminimasi limbah yang dihasilkan oleh
industri tersebut.
A.
Industri
Pulp dan Kertas
Pulp adalah
hasil pemisahan serat dari
bahan baku berserat (kayu maupun
non kayu) melalui berbagai proses pembuatannya (mekanis, semikimia, kimia).
Pulp terdiri dari serat-serat (selulosa dan
hemiselulosa) sebagai bahan baku kertas (Faisal, 2013). Kertas adalah bahan yang tipis
dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi serat yang berasal dari pulp. Serat
yang digunakan biasanya adalah alami, dan mengandung selulosa dan hemiselulosa
(Rahmani, 2016).
Bahan
Baku Industri Pulp dan Kertas
Menurut Rini (2002) dalam Rahmani (2016), kayu sebagai bahan baku dalam
industri kertas mengandung beberapa komponen, yaitu:
1)
Selulosa, merupakan komponen yang paling dikehendaki
dalam pembuatan kertas karena bersifat panjang dan kuat. Menurut Stanley (2001)
dalam kayu mengandung sekitar 50 % komponen selulosa.
2)
Hemiselulosa, lebih mudah larut dalam air dan biasanya
dihilangkan dalam proses pulping.
3)
Lignin, berfungsi merekatkan serat-serat selulosa
sehingga menjadi kaku. Pada proses pulping secara kimia dan proses
pemutihan akan menghilangkan komponen lignin tanpa mengurangi serat selulosa.
Menurut Stanley (2001) komponen lignin dalam kayu adalah sekitar 30 %.
4)
Bahan ekstraktif, yang meliputi hormon tumbuhan,
resin, asam lemak dan unsur lain. Komponen ini sangat beracun bagi kehidupan
perairan dan mencapai jumlah toksik akut dalam limbah industri kertas. Menurut
Stanley (2001), jumlah komponen hemiselulosa dan hidrokarbon dalam kayu adalah
sekitar 20 %.
Proses
Pengolahan Pulp dan Kertas
Proses
Pembuatan Pulp
1)
Fiber Furnish Preparation and Handling
Proses
ini mencakup proses logs, debarking, dan chipping. Kayu diambil dari hutan produksi kemudian dipotong-potong
yang disebut dengan log. Log disimpan ditempat penampungan beberapa bulan
sebelum diolah dengan tujuan untuk melunakan log dan menjaga kesinambungan
bahan baku. Kemudian kayu dibuang kulitnya dengan mesin atau dengan proses debarking. Setelah itu kayu
dipotong-potong menjadi ukuran kecil (chip) dengan mesin chipping. Chip yang
sesuai ukuran diambil dan yang tidak sesuai akan diproses ulang (Rahmani,
2016).
2)
Pulping
Chip
dimasak di dalam digester untuk memisahkan serat kayu (bahan yang digunakan
untuk membuat kertas) dengan lignin. Dari tempat
penampungan chip dibawa dengan konveyor ke bejana pemasak (digester). Steam
dimasak dengan beberapa tahap. Pertama di kukus (presteamed), kemudian baru dipanaskan dengan steam di steaming vessel. chip di masak dengan
cairan pemasak yang disebut dengan cooking liquor. Proses ini terbagi
atas 3 macam, yaitu Chemical Pulp
Production Process, Semi-chemical
Pulp Production Process, dan Mechanical
Production Process. Hasil dari proses ini adalah pulp atau bubur kertas.
Pulp ini yang akan diolah menjadi kertas pada mesin kertas (paper machine) (Rahmani, 2016).
a)
Chemical Pulp Production Process
Pembuatan
pulp secara kimia biasanya menggunakan NaOH secara langsung maupun tidak
langsung. Lignin dilarutkan dari bagian lapisan sehingga fiber terpisah. Dalam
proses ini, kulit kayu diambil dan batang kayunya dibuat keping-keping kayu
kemudian dihancurkan dalam tekanan temperatur yang dibutuhkan. Proses pembuatan
pulp secara kimia, yaitu:
(i)
Proses Sulfat (Kraft Process)
Mula-mula
kayu dipotong-potong dengan mesin pemotong kemudian diayak. Kayu yang halus
dimasukkan ke dalam tempat penampung yang kemudian akan digester (dimasak).
Kemudian kayu-kayu tersebut dipanaskan dengan uap dan diaduk dengan alat
pengaduk yang terdapat di dalam digester tersebut dengan tekanan 110lb/in2.
Pulp yang telah jadi dikeluarkan dan dicuci dengan air dalam tanki pencuci
sehingga liquornya akan terpisah. Liquor yang dihasilkan dimasukkan ke dalam
tanki penampung untuk di-recovery.
Pulp yang sudah dicuci disaring lagi dengan saringan rotary drum filter,
kemudian hasilnya diputihkan dengan kalsium hipoklorit sehingga hasilnya sudah
sedikit putih. Selanjutnya dinetralkan dengan CaO atau NaOH, dicuci dan
dikeringkan. Terbentuklah pulp kering.
(ii) Proses
Soda
Proses
ini lebih sederhana daripada proses sulfat karena hanya memakai NaOH. Kayu yang
digunakan bisa dari berbagai macam jenis kayu. Waktu memasak 2-3 jam dengan
memakai uap (tekanan 118lb/in2 dan temperatur 3440 F). pulp yang
sudah jadi dikeluarkan dari digester. Liquor yang dihasilkan dimasukkan ke
dalam tanki penampung untuk di-recovery.
Pulp yang sudah dicuci disaring dengan saringan rotary drum filter, kemudian
hasilnya diputihkan dengan kalsium hipoklorit sehingga hasilnya sudah sedikit
putih. Selanjutnya dinetralkan dengan NaOH, dicuci dan dikeringkan.
Terbentuklah pulp kering.
(iii) Proses
Sulfit
Mula-mula
sulfur dicairkan dalam tanki pencair atau pelebur, kemudian dipanaskan dalam
pemanas yang berputar sambil dialiri udara untuk mengoksidasi. Dalam pemanasan
ini sulfur diuapkan dan selanjutnya dimasukkan dalam ruang pembakaran dengan
dialiri udara. Pengaliran udara ini dikontrol agar SO3 tidak
terbentuk. SO2 terjadi didinginkan dengan cepat dalam suatu pipa
yang melingkar-lingkar yang dikelilingi air. Proses selanjutnya adalah absorbs
gas oleh air dengan menambahkan senyawa kalisum dan magnesium karbonat.
S
+ O2 → SO2
2
SO2 + H2O + CaCO3 → Ca(HSO3)2
+ CO2
2
SO2 + H2O + MgCO3 → Mg(HSO3)2
+ CO2
Menara absorbsi dibuat minimal 2 buah.
Penguliran air dari atas ke bawah dengan spray berlawanan dengan aliran SO2
yang dimasukkan ke menara absorbsi. Liquor yang keluar dari menara berisi
sejumlah SO2 yang bebas lalu dimasukkan dalam reclain tank. Akhirnya
liquor dimasukkan dalam digester sebagai larutan kalsium dan magnesium bi
sulfit. Berdasarkan analisa kira-ira 4,5% total SO2 dan 3,5% SO2
bebas. Digester ini diisi penuh dengan potongan-potongan kayu halus dan asam
pemasak dengan kapasitas dari 1 ton sampai 35 ton serabut kayu dan 3000 sampai
51000 galon asam-asam. Digester dipanaskan secara langsung dengan steam (uap)
dengan tekanan 70-160 lb/in2 tergantung dari jenis kayu yang dipakai. Waktu
yang diperlukan 10-11 jam dengan suhu 1050-1550 oC.
Setelah pemanasan dalam digester selesai dan
sudah masak, pulp dikeluarkan dan masuk dalam blowpit dengan diberi air jernih. Dari blowpit ini pulp dimasukkan, diayak dan seterusnya disaring dengan rotary drum filter untuk dipadatkan
dengan jalan membuang airnya dengan mesin ayakan 80. Kemudian pulp dimasukkan
dalam tanki pemutih dan diputihkan dengna klorin dengan penambahan cairan kapur
sebagai penetralnya. Selesai pemutihan pulp dimasukkan dalam mesin-chest dan
dikeringkan. Selanjutnya dibuat roll-roll pulp. Sifat pulp memiliki kekuatan tinggi, warna
tua, sulit diputihkan, tak dapat digunakan sebagai bahan dissolving pulp. Kegunaan pulp ini sebagai kertas bungkus, kertas
tulis, kertas cetak, linerboard, dan
sebagainya.
b)
Semi-Chemical Pulp Production Process
Semi-chemical pulp process
merupakan gabungan metode antara chemical
process dengan mechanical process.
Tujuan proses ini adalah menghasilkan perolehan yang maksimal setara dengan
proses tingkat kekuatan dan kebersihan yang paling baik. Penggunaan dari pulp
hasil proses ini adalah lineboard dan
karton. Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam proses ini adalah:
(i)
Menggunakan larutan kimia untuk menghancurkan
dan mencerna kayu. Larutan kimi yang biasa digunakan adalah NaOh, Na2CO3,
Na2SO4. Dalam proses ini, sebagian besar hemiselulosa
harus sudah tercerna.
(ii) Menghancurkan
bahan secara mekanik, salah satu proses terkenal pembuatan pulp secara
semikimia adalah proses Neutral Sulfite Semichemical (NSCC). Proses pencernaan
kayu merupakan proses yang memiliki arti yang sangat penting. Proses ini diatur
sedemikian rupa dengan kondisi terbaik mulai dari temperature, tekanan, dan
larutan kimia.
c)
Mechanical Pulp Production Process
Pada
Proses ini, pulp dibuat dengan tidak memakai zat-zat kimia, cukup dengan mesin
saja tanpa pereaksi-pereaksi kimia. Pembuatan pulp secara mekanis ini
memerlukan biaya yang sangat besar, disebabkan di sini tidak dipakai
pereaksi-pereaksi kimia untuk menghancurkan potongan-potongan kayu yang akan
dijadikan pulp atau kertas secara mudah dan effisien. Sebelumnya kayu diasah
dengan refiner. Pada proses ini,
terjadi pemberian tekanan pada kayu sehingga menghasilkan panas yang berfungsi
untuk mengurangi gesekan antara komponen dalam kayu sehingga fiber terpisah
dari lignin. Proses pembuatan pulp secara mekanik sangat jarang digunakan.
Sifat pulp pada proses ini memiliki kekuatan rendah, pulp cepat jadi kuning,
daya retak baik dan opisitas tinggi. Penggunaan pulp ini untuk koran, tissue, dan
kertas buku yang murah.
Process Category
|
Fiber Separation Method
|
Fiber Quality
|
Examples
|
Mechanical
|
Mechanical energy
|
Short, weak, unstable,
impure fibers
|
Stone groundwood, refiner
mechanical pulp
|
Semi-chemical
|
Combination of chemical and
mechanical treatments
|
“Intermediate” pulp
properties (some unique properties)
|
High-yield kraft, high-yield
sulfite
|
Chemical
|
Chemicals and heat
|
Long, strong, stable fibers
|
Kraft, sulfite, soda
|
Sumber:
Rahmani (2016).
3)
Washing
Proses penyaringan ini ada dua tahap, yaitu penyaringan kasar
dan penyaringan halus. Proses akhir dari penyaringan berada pada sand removal cyclones yang berfungsi
untuk memisahkan pasir dari pulp. Alat – alat yang digunakan dalam proses
cleaning adalah :
a)
Magnetic Separator, bekerja
secara magnetik yaitu memisahkan kotoran yang mengandung logam seperti serta
partikel-partikel lainnya yang bersifat magnet.
b)
HCC (High Consistency Cleaner) bekerja secara sentrifugal, yaitu
memisahkan kotoran yang ukurannya hampir sama dengan serat berdasarkan berat
jenisnya (Rahmani, 2016).
4)
Oxygen Delignification
Kemudian bubur kertas dicampur dengan oksigen (O2)
dan sodium hidroksida (NaOH) di dalam delignification
tower sebelum di cuci didalam washer. Proses ini bertujuan sebagai proses pra-bleaching untuk mengurangi bilangan
kappa (kadar lignin sisa), sehingga mengurangi pemakaian bahan kimia pemutih
pada proses pemutihan. Dari proses ini akan dihasilkan pulp berwarna cokelat
yang akan dikirim ke unit bleaching
dan filtrat yang dikirim ke unit pengolahan limbah cair (Effluent Treatment Plant) (Rahmani, 2016).
5)
Bleaching
Bleaching merupakan
proses yang mengubah pulp untuk lebih putih, bersinar, halus dan mudah
menyerap. Bleaching dilakukan dalam beberapa tahap dengan tujuan untuk menghilangkan
lignin tanpa merusak selulosa. Apabila
pada proses pemutihan digunakan klorin, maka dari unit ini akan dihasilkan
limbah cair yang mengandung chlorinated
organic compounds yang diketahui sangat berbahaya terhadap lingkungan.
Teknologi bleaching yang digunakan
adalah:
a)
Elemental Chlorine Free (ECF),
pada konsep ini unsur klor masih boleh digunakan, tetapi tidak dalam bentuk Cl2
melainkan dalam bentuk senyawa lain misalnya ClO2.
b)
Total Chlorine Free (TCF), pada
konsep TCF sama sekali tidak digunakan unsur klor. Sebagai pengganti klorin
pada konsep TCF biasanya digunakan oksigen atau ozon (Rahmani, 2016).
Chemical pulp menggunakan
NaOH dan ClO2 sebagai pemutih, semi-chemical
pulp menggunakan H2O2 sebagai pemutih dan mechanical-pulp menggunakan H2O2
dan/atau Na2SO3.
Bleaching Chemical
|
Chemical Formula
|
ECF/TCF
|
Sodium
hydroxide
|
NaOH
|
ECF and TCF
|
Chlorine
dioxide
|
ClO2
|
ECF
|
Hypochlorite
|
HclO,
NaOCl, Ca(Ocl)2
|
ECF
|
Oxygen
|
O2
|
ECF and TCF
|
Ozone
|
O3
|
ECF and TCF
|
Hydrogen
peroxide
|
H2O2
|
ECF and TCF
|
Sulfur
dioxide
|
SO2
|
ECF and TCF
|
Sulfuric
acid
|
H2SO4
|
ECF and TCF
|
Sumber:
Rahmani (2016).
6)
Screening
Bundel
serat yang lebih kecil dan kotoran lainnya dihilangkan dari pulp dalam proses
penyaringan untuk mendapatkan bubur bersih (Rahmani,
2016).
7)
Refining
Refining adalah proses penggilingan bubur serat lebih lanjut untuk
menghasilkan bubur serat yang lebih halus. Setelah itu bubur serat tersebut
diolah kembali dengan cara dipotong dan digiling dengan menggunakan 2 buah
pisau pemotong yang berbentuk disc plate
(Rahmani, 2016).
Proses Pembuatan Kertas
Sebelum masuk ke areal paper machine pulp diolah dulu pada
bagian stock preparation. Bagian ini
berfungsi untuk meramu bahan baku seperti: menambahkan pewarna untuk kertas (dye), menambahkan zat retensi,
menambahkan filler (untuk mengisi
pori-pori di antara serat kayu), dan lain-lain. Bahan yang keluar dari bagian
ini disebut stock (campuran pulp,
bahan kimia dan air). Dari stock
preparation sebelum masuk ke headbox
dibersihkan dulu dengan alat yang disebut cleaner.
Dari cleaner stock masuk ke headbox. Headbox berfungsi untuk membentuk lembaran
kertas (membentuk formasi) di atas fourdinier
table. Fourdinier berfungsi untuk
membuang air yang berada dalam stock (dewatering).
Hasil yang keluar disebut dengan wet (kertas basah). Kadar padatnya sekitar 20%
(Rahmani, 2016).
Press
part berfungsi untuk membuang air dari
wet sehingga kadar padatnya mencapai 50%. Hasilnya masuk ke bagaian pengering (dryer). Cara kerja press part ini adalah kertas masuk diantara dua roll yang berputar.
Satu roll bagian atas diberi tekanan sehingga air keluar dari wet. Bagian ini
dapat menghemat energi, karena kerja dryer
tidak terlalu berat (air sudah dibuang 30%). Dryer berfungsi untuk mengeringkan wet sehingga kadar airnya
mencapai 6%. Selanjutnya memasuki tahap calendar
stack yang terdiri dari beberapa pasangan silinder dengan jarak
tertentu untuk mengontrol ketebalan dan kehalusan hasil akhir kertas. Kemudian
memasuki tahap akhir yaitu pope reel.
Bagian ini merupakan tahap akhir dari proses pembuatan kertas yaitu pemotongan
kertas dari gulungannya. Pada bagian ini, kertas yang digulung dalam gulungan
besar, dibelah pada ketebalan yang diinginkan, dipotong menjadi lembaran,
dirapikan kemudian dikemas (Rahmani, 2016).
Karakteristik
Limbah Industri Pulp dan Kertas
Warnanya
yang kehitaman atau abu-abu keruh, bau yang khas, kandungan padatan terlarut
dan padatan tersuspensi yang tinggi, COD yang tinggi dan tahan terhadap
oksidasi biologis (Rahmani, 2016).
Jenis
Limbah Industri Pulp dan Kertas
Menurut Rini
(2002) dalam Rahmani (2016), limbah industri pulp dan kertas dibagi menjadi 4
kelompok yaitu:
1)
Limbah padat, terdiri dari:
a) Sludge, adalah suatu bahan yang terdiri atas padatan 90% dan
air 10%. Sludge didapat dari proses
pengendapan pada efflument treatment
plant, mengandung bahan organik yang berasal dari bahan baku pulp.
b) Biosludge, adalah hasil samping dari efflument treatment yakni dari proses biological aeration, tersusun dari bahan baku pulp, selain mengandung
mikroorganisme sebagai efek dari biological
aeration.
c) Pith, adalah bahan dari proses depething plant yaitu proses pemisahan secara mekanik bahan baku
pulp yaitu antar bahan serat dan bahan bukan serat (Hammer, 1977 dalam
Hastutik, dkk., 2004).
2)
Partikulat, terdiri dari:
a) Abu dari pembakaran
kayu bakar dan sumber energi lain.
b) Partikulat
zat kimia terutama yang mengandung natrium dan kalsium.
3)
Limbah cair, terdiri dari:
a) Padatan
tersuspensi yang mengandung partikel kayu, serat dan pigmen.
b) Senyawa
organik koloid terlarut seperti hemiselulosa, gula, alkohol, lignin,
terpenting, zat pengurai serat, perekat pati dan zat sintetis yang menghasilkan
BOD (Biological Oxygen Demand) yang tinggi.
c) Limbah cair
berwarna pekat yang berasal dari lignin dan pewarna kertas.
d) Bahan
anorganik seperti NaOH, Na2SO4 dan klorin.
e) Limbah
panas.
f) Mikroba
seperti golongan bakteri coliform.
2)
Limbah gas, terdiri dari:
a) Gas sulfur
yang berbau busuk seperti merkaptan dan H2S yang dilepaskan dari
berbagai tahap dalam proses kraft pulping dan proses pemulihan bahan
kimia.
b) Oksida
sulfur dari pembakaran bahan bakar fosil, kraft recovery furnace dan lime
kiln (tanur kapur).
c) Uap yang
mengganggu jarak pandangan
B. Dampak
Limbah Padat Industri Pulp dan Kertas terhadap Lingkungan dan Kesehatan Manusia
Kebutuhan
akan kertas yang tinggi menjadikan industri pulp dan kertas di Indonesia
semakin berkembang. Akan tetapi dampak positif dari perkembangan industri juga
diikuti oleh dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia akibat limbah
yang dihasilkannya (Madigan et al., 2003 dalam Anonim, 2015).
Dampak
Limbah Padat Industri Pulp dan Kertas terhadap Lingkungan
Menurut
Isyuniarto, dkk (2007), pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh industri
pulp dan kertas, antara lain:
1)
Membunuh ikan, kerang dan invertebrata akuatik
lainnya, sehingga bisa berdampak pada manusia yang mengkonsumsinya.
2)
Masuknya zat kimia karsinogen dan zat
pengganggu aktivitas hormon ke dalam lingkungan.
3)
Menghabiskan jutaan liter air tawar.
Dampak
Limbah Padat Industri Pulp dan Kertas terhadap Kesehatan Manusia
Menurut Green (2005) dalam Rahmani (2016), terdapat beberapa senyawa dalam limbah
padat industri pulp dan kertas yang berpeluang besar bersifat karsinogenik bagi
kesehatan manusia, yaitu:
1)
Asbes, yang dapat menyebabkan kanker paru-paru.
2)
Aditif kertas lainnya termasuk benzidine-base dyes,
formaldehid dan epichlorohydrin yang berpeluang menimbulkan kanker pada
manusia.
3)
Kromium heksavalen dan senyawa nikel, bersifat
karsinogenik terhadap paru-paru dan organ pernafasan lain. Menurut Palar
(2008), ion-ion
Cr6+ (kromium heksavalen) dalam proses metabolisme dalam tubuh akan
menghalangi atau mampu menghambat kerja dari enzim benzopiren hidroksilase yang
dapat mengakibatkan perubahan pada kemampuan pertumbuhan sel, sehingga sel-sel
menjadi tumbuh secara liar dan tidak terkontrol (menjadi sel kanker). Hal
inilah yang menjadi dasar dari penggolongan kromium ke dalam kelompok logam
yang bersifat karsinogenik.
4)
Debu kayu (utamanya kayu keras), yang dikenal sebagai
penyebab kanker pada saluran pernafasan.
5)
Hidrazin, styren,
minyak mineral, chlorinated phenols dan dioksin yang berpeluang besar
menyebabkan kanker. Menurut Yuniarti (2008), dioksin adalah senyawa organik yang sukar terdegradasi dan
konsentrasinya akan berlipat ganda jika masuk ke dalam rantai makanan karena
adanya proses biomagnifikasi. Hal ini menyebabkan konsentrasi dioksin di dalam
jaringan tubuh menjadi ratusan kali lebih besar. Tahun 1998 WHO menetapkan ambang batas aman konsumsi
dioksin, yaitu 1-4 pikogram (sepertriliun gram) dioksin per-kilogram berat
badan. Dalam jumlah sedikit
saja dioksin sudah sangat berbahaya, apalagi dalam jumlah besar maka dioksin
akan bersifat karsinogenik (pemicu kanker). Konsentrasi yang lebih tinggi akan menyebabkan penyakit kulit chloracne (jerawat yang
parah disertai dengan erupsi kulit dan kista). Dioksin juga akan menyebabkan penurunan hormon reproduksi
pria hingga 50% dan menyebabkan kanker prostat dan kanker testis, sedangkan pada
wanita dioksin akan menyebabkan kanker payudara dan endometriosis, yakni
jaringan selaput lendir rahim yang masih berfungsi tumbuh di luar rongga rahim.
Menurut Rahmani (2016), air limbah industri pulp dan kertas sangat
berbahaya terhadap kesehatan manusia mengingat bahwa banyak penyakit yang dapat
ditularkan melalui air limbah tersebut. Air limbah ini ada yang hanya berfungsi
sebagai media pembawa saja seperti penyakit kolera, radang usus, hepatitis
infektiosa, serta schitosomiasis.
Selain sebagai pembawa penyakit di dalam air limbah itu sendiri banyak terdapat
bakteri patogen penyebab penyakit seperti:
1)
Virus
2)
Vibrio cholera
3)
Taenia spp.
4)
Ascaris spp.
5)
Enterobius spp.
Selain sebagai pembawa dan kandungan kuman penyakit, maka air limbah juga
dapat mengandung bahan-bahan beracun, penyebab iritasi, bau dan bahkan suhu
yang tinggi serta bahan-bahan lainnya yang mudah terbakar (Rahmani, 2016).
C. Upaya
Minimasi Limbah Padat Industri Pulp dan Kertas
Menurut
Wagiyanto (2009), program minimisasi limbah yang efektif akan mengurangi biaya
produksi dan beban pelaksanaan peraturan pengelolaan limbah berbahaya sehingga
akan meningkatkan efisiensi, kualitas produk dan hubungan yang baik dengan
masyarakat. Teknik minimasi limbah yang dapat membantu mengurangi jumlah limbah
yang dihasilkan, meliputi:
1)
Perencanaan produksi dan tahapannya
2)
Penyesuaian peralatan/proses atau modifikasi
3)
Penggantian (substitusi) bahan baku
4)
Pemisahan (segregasi) limbah
5)
Daur ulang bahan
6)
Pelatihan dan pengawasan para pekerja operator.
Berbagai cara dilakukan untuk
mencapai minimisasi limbah, yang mencakup tiga bagian utama yaitu:
1)
Pengurangan dari sumbernya, mencakup
pemeliharan dan perawatan yang baik (good
house keeping) dengan menerapkan kebiasaan baru dalam pengoperasian dan
pemeliharan alat industri antara lain dengan mencegah terjadinya ceceran dan
tumpahan bahan. Perubahan dalam proses produksi juga dapat dilakukan yang
mencakup perubahan input bahan, pengawasan proses yang lebih ketat, modifikasi
peralatan dan perubahan teknologi. Pemeliharaan peralatan dan lingkungan industri,
pemilihan peralatan yang sesuai dengan proses produksi kertas yang diinginkan
dan pengoperasian peralatan dengan benar juga ikut mengurangi limbah dari
sumbernya.
2)
Daur ulang, dengan melakukan recovery bahan dan energi bekas pakai
untuk digunakan kembali dalam proses berikutnya. Menurut Rahmani (2016), masyarakat juga turut andil dalam pengelolaan limbah industri
pulp dan kertas. Limbah industri
pulp dan kertas dapat didaur ulang menjadi karton yang memiliki nilai jual
tinggi. Karton hasil pengolahan limbah ini disebut dengan kertas gembos. Proses
pembuatannya relatif sederhana. Sludge
dan kertas pemulung diproses menjadi bubur kertas. Kemudian dicetak menjadi
lembaran dengan ukuran 66 x 78 cm. Setelah itu, dijemur di bawah terik matahari
selama empat jam. Setelah itu, dihaluskan dengan rol kalender, dan di pak
dengan berat 25 kg. Hal ini tentu saja terasa lebih bernilai ekonomis serta
dapat mengurangi dampak terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.
3)
Modifikasi produk, untuk meningkatkan usia
produk (tahan lama), untuk mempermudah daur ulang dan minimisasi dampak
lingkungan dan kesehatan manusia dari pembuangan produk tersebut.
Menurut
Rahmani (2016), pengembangan teknologi pulping
pada saat ini bertujuan untuk menghasilkan pulp dengan bilangan kappa rendah, sehingga dalam proses
pemutihan pulp lebih aman terhadap pencemaran lingkungan. Di antara inovasi
teknologi dalam proses pulping tersebut, ada dua jenis teknologi yang bisa
dikatakan bersifat revolusif dan sangat aman terhadap lingkungan serta
kemungkinan besar bisa memberikan harapan untuk diterapkan dalam skala pabrik
di masa depan. Kedua jenis teknologi pulping tersebut adalah proses bio-pulping dan proses organosolv.
a)
ASAM
ASAM adalah
singkatan dari Alkaline-Sulfite-Antrhraquinone-Methanol
yang pada dasarnya merupakan modifikasi proses pulping konvensional. Proses ini
kombinasi antara proses kraft dan proses sulfit. Penambahan metanol dan
antrakuinon dalam proses ini akan mempercepat proses delignifikasi serta dapat
mengurangi degradasi karbohidrat selama proses pulping sehingga rendemen pulp
meningkat.
Dibandingkan
dengan proses kraft konvensional, proses ASAM memiliki beberapa keunggulan,
antara lain dapat mengolah semua jenis kayu, rendemen pulp yang dihasilkan
lebih tinggi, pulp yang dihasilkan mudah diputihkan dan mempunyai sifat
kekuatan yang prima, serta dapat mengurangi emisi gas sulfur yang terjadi pada
proses konvensional.
b)
Organosolv
Proses
organosolv adalah proses pemisahan serat dengan menggunakan bahan kimia organik
seperti misalnya metanol, etanol, aseton, asam asetat, dan lain-lain. Proses
ini telah terbukti memberikan dampak yang baik bagi lingkungan dan sangat
efisien dalam pemanfaatan sumber daya hutan.
Dengan
menggunakan proses organosolv diharapkan permasalahan lingkungan yang dihadapi
oleh industri pulp dan kertas akan dapat diatasi. Hal ini karena proses organosolv
memberikan beberapa keuntungan, antara lain yaitu rendemen pulp yang dihasilkan
tinggi, daur ulang lindi hitam dapat dilakukan dengan mudah, tidak menggunakan
unsur sulfur sehingga lebih aman terhadap lingkungan, dapat menghasilkan by-products (hasil sampingan) berupa
lignin dan hemiselulosa dengan tingkat kemurnian tinggi. Ini secara ekonomis
dapat mengurangi biaya produksi, dan dapat dioperasikan secara ekonomis pada
kapasitas terpasang yang relatif kecil yaitu sekitar 200 ton pulp per hari.
Penelitian
mengenai penggunaan bahan kimia organik sebagai bahan pemasak dalam proses
pulping sebenarnya telah lama dilakukan. Ada berbagai macam jenis proses
organosolv, namun yang telah berkembang pesat pada saat ini adalah proses alcell (alcohol cellulose) yaitu proses pulping dengan menggunakan bahan
kimia pemasak alkohol, proses acetocell
(menggunakan asam asetat), dan proses organocell
(menggunakan metanol).
Proses alcell
telah memasuki tahap pabrik percontohan di beberapa negara misalnya di Kanada
dan Amerika Serikat, sedangkan proses acetocell mulai diterapkan dalam beberapa
pabrik di Jerman pada tahun 1990-an. Proses alcell yang telah beroperasi dalam
skala pabrik di New Brunswick (Kanada) terbukti mampu manghasilkan pulp dengan
kekuatan setara pulp kraft, rendemen tinggi, dan sifat pendauran bahan kimia
yang sangat baik.
c)
Memanfaatkan Jamur
Proses
pulping konvensional baik dengan cara mekanis maupun cara kimia membutuhkan
energi yang sangat tinggi. Di lain pihak, secara alami ada sejumlah
mikroorganisme perusak kayu (dalam hal ini jamur) yang mampu mendegradasi
lignin. Kemampuan jamur dalam mendegradasi lignin secara alami ini selanjutnya
diteliti dan dikembangkan untuk dimanfaatkan sebagai agen dalam proses
delignifikasi dalam teknologi pulping dan bleaching. Teknologi ini selanjutnya
disebut sebagai teknologi bio-pulping
dan teknologi bio-bleaching. Dari
sisi lingkungan, penemuan ini merupakan terobosan besar dalam teknologi pulping
dan bleaching dan diharapkan mampu menjawab permasalahan lingkungan yang
ditimbulkan oleh industri pulp dan kertas karena pemrosesannya tidak
menggunakan bahan kimia.
Namun, bila
dibandingkan dengan proses pulping secara kimia yang berlangsung pada suhu dan
tekanan tinggi serta pH yang ekstrim, proses ini sangat lambat. Karena
prosesnya lambat, maka aplikasi bio-pulping secara penuh belum bisa diterapkan
dalam skala industri. Saat ini aplikasi bio-pulping baru pada tahap pre-treatment terhadap kayu yang akan
dimasak, baik pada proses mekanis maupun proses kimia. Proses mekanis yang
diberi perlakuan biologis disebut biomechanical
pulping, sedangkan proses kimia yang diberi perlakuan biologis disebut biochemical pulping.
Beberapa
penelitian melaporkan, dengan adanya fungal pre-treatment
konsumsi energi pada saat proses pulping menjadi berkurang. Perlakuan ini juga
terbukti dapat menurunkan bilangan kappa serta dapat meningkatkan sifat bleachability pulp yang dihasilkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2015. Bioremediasi Limbah
Cair Industri Kertas menggunakan Imobilisasi Enzim Kasar dan Sel Bakteri dengan Kalsium Alginat. Electronic Theses and
Dissertations (ETD) Gadjah Mada University. [Diakses di http://etd.repository.ugm.ac.id, tanggal 13 Mei 2016].
Efendi, Muchammad. 2015. Dampak
Negatif akibat dari Limbah Pabrik Kertas. Makalah Jurusan Teknik
Pertambangan, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STTNAS), Yogyakarta. [Diakses
di http:// http://www.academia.edu, tanggal
13 Mei 2016].
Faisal, Muhammad. 2013. Industri
Kertas. [Diakses di http://faisalichal.blogspot.co.id, tanggal
13 Mei 2016].
Hastutik, dkk. 2004. Pengaruh
Limbah Padat Kertas terhadap Hasil Tanaman Bawang Merah. Jurnal PKMI: Hal.
1-8. [Diakses di http://directory.umm.ac.id, tanggal 13 Mei 2016].
Isyuniarto, dkk. 2007. Degradasi
Limbah Cair Industri Kertas menggunakan
Oksidan Ozon dan Kapur. Prosiding PPI - PDIPTN 2007. ISSN 0216-3128: Hal. 55-60. [Diakses di http://digilib.batan.go.id, tanggal 13
Mei 2016].
Palar, Heryando. 2008. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Cetakan ke empat. Jakarta:
Rineka Cipta.
Prastyo, dkk. 2012. Bahan Berbahaya
dan Beracun (B3) Padat. [Diakses di http://situsresmierzadiego.blogspot.co.id, tanggal
13 Mei 2016].
Rahmani, Siti Astari. 2016. Proses
Pengolahan Pulp dan Kertas. [Diakses di http:// http://www.academia.edu, tanggal 13 Mei 2016].
Wagiyanto, Didik. 2009. Minimasi Limbah dalam Industri
Pulp and Paper.
[Diakses di http://d12x.blog.uns.ac.id, tanggal 13 Mei 2016].
Yuniarti,
Ade. 2008. Identifikasi Bahaya-bahaya
Zat Kimia pada Industri Pulp/Kertas. [Diakses di http://www.blogster.com, tanggal 13 Mei 2016].
Menjual berbagai macam jenis Chemical untuk cooling tower chiller dan waste water treatment,oli industri dll untuk info lebih lanjut tentang produk ini bisa menghubungi saya di email tommy.transcal@gmail.com
BalasHapusWA=081310849918
Apabila Anda mempunyai kesulitan dalam pemakaian / penggunaan chemical , atau yang berhubungan dengan chemical,oli industri, jangan sungkan untuk menghubungi, kami akan memberikan konsultasi kepada Anda mengenai masalah yang berhubungan dengan chemical.
BalasHapusSalam,
(Tommy.k)
WA:081310849918
Email: Tommy.transcal@gmail.com
Management
OUR SERVICE
Boiler Chemical Cleaning
Cooling tower Chemical Cleaning
Chiller Chemical Cleaning
AHU, Condensor Chemical Cleaning
Chemical Maintenance
Waste Water Treatment Plant Industrial & Domestic (WTP/WWTP/STP)
Degreaser & Floor Cleaner Plant
Oli industri
Rust remover
Coal & feul oil additive
Cleaning Chemical
Lubricant
Other Chemical
RO Chemical
Hand sanitizer
Evaporator
Pengurangan dari sumbernya, mencakup pemeliharan dan perawatan yang baik (good house keeping) dengan menerapkan kebiasaan baru dalam pengoperasian dan pemeliharan alat industri antara lain dengan mencegah terjadinya ceceran dan tumpahan bahan. Perubahan dalam proses produksi juga dapat dilakukan yang mencakup perubahan input bahan, pengawasan proses yang lebih ketat, modifikasi peralatan dan perubahan teknologi. pabrik Penerima Limbah Kardus Jasa penulis artikel
BalasHapus